Kebaktian Fajar Natal, 25 Desember 2009
Bacaan Ekaristi: Yesaya 62:11-12, Titus 3:4-7, Lukas 2:15-20
Malam Natal tahun ini saya pergi sendirian merayakan misa. Selain karena bertugas tata laksana, anak-anak kami juga masih terlalu kecil untuk diajak merayakan misa malam. Paginya saya mengantar anak-anak & ibunya ke Gereja. Tetapi di pagi itu, Gereja tampak agak lengang. Mungkin karena jam kebaktian memang terlalu pagi untuk sebagian besar jemaat yang telah mengikuti kebaktian malam Natal hingga larut malam. Sementara kami sudah bersiap sejak pagi, hanya si bungsu yang belum mandi. Ia langsung kami bawa masuk mobil karena masih tidur lelap. Natal kali ini memang terasa istimewa karena anak sulung saya tampak bersemangat sejak semalam sebelumnya.
Sambil menyimak kotbah pak Pendeta, saya merenungi pengalaman natal kali ini. Semua seolah nyaris sama. Sejak ibadat advent yang nyaris sama, hiasan di rumah kami yang sederhana, lagu-lagu yang itu-itu juga. Tetapi akhirnya saya menemukan juga adanya perbedaan. Yang berbeda adalah sukacitanya. Saya sekarang lebih bergembira, lebih mudah bersyukur, lebih nikmat bedoa. Ya, itulah yang membedakan suasana natal kami kali ini. Jangan tanya saya, mengapa bisa begitu. Asli, sejujur-jujurnya, bahwa saya tidak tahu mengapa saya bisa lebih bersukacita.
Apakah sukacita itu juga setara dengan sukacita para gembala yang datang menjenguk kanak-kanak Tuhan? (Bdk Lukas 2:15-20) Saya tidak tahu. Dan ketidaktahuan saya itu masih berlangsung hingga kini. Tetapi untungnya, sukacita natal yang damai sejahtera juga masih saya rasakan nikmatnya hingga kini. Mungkinkah ini semacam berkah? Bahwa Tuhan memberkati saya dengan sukacita, dan sukacita saya itu menulari anak-anak dan istri saya. Entahlah, mungkin pikiran saya terlalu dangkal dan naif untuk dapat mengerti segala sesuatu yang saya alami.
Jadi, apapun bagaimanapun mengapapun, saya bersyukur mengalaminya. Puji Tuhan, alleluya.
Selanjutnya saya berdoa agar Tuhan juga berkenan melimpahkan berkatnya secara khusus kepada anda, agar anda dengan mudah dapat memiliki sukacita natal yang damai sejahtera itu.
Bacaan Ekaristi: Yesaya 62:11-12, Titus 3:4-7, Lukas 2:15-20
Malam Natal tahun ini saya pergi sendirian merayakan misa. Selain karena bertugas tata laksana, anak-anak kami juga masih terlalu kecil untuk diajak merayakan misa malam. Paginya saya mengantar anak-anak & ibunya ke Gereja. Tetapi di pagi itu, Gereja tampak agak lengang. Mungkin karena jam kebaktian memang terlalu pagi untuk sebagian besar jemaat yang telah mengikuti kebaktian malam Natal hingga larut malam. Sementara kami sudah bersiap sejak pagi, hanya si bungsu yang belum mandi. Ia langsung kami bawa masuk mobil karena masih tidur lelap. Natal kali ini memang terasa istimewa karena anak sulung saya tampak bersemangat sejak semalam sebelumnya.
Sambil menyimak kotbah pak Pendeta, saya merenungi pengalaman natal kali ini. Semua seolah nyaris sama. Sejak ibadat advent yang nyaris sama, hiasan di rumah kami yang sederhana, lagu-lagu yang itu-itu juga. Tetapi akhirnya saya menemukan juga adanya perbedaan. Yang berbeda adalah sukacitanya. Saya sekarang lebih bergembira, lebih mudah bersyukur, lebih nikmat bedoa. Ya, itulah yang membedakan suasana natal kami kali ini. Jangan tanya saya, mengapa bisa begitu. Asli, sejujur-jujurnya, bahwa saya tidak tahu mengapa saya bisa lebih bersukacita.
Apakah sukacita itu juga setara dengan sukacita para gembala yang datang menjenguk kanak-kanak Tuhan? (Bdk Lukas 2:15-20) Saya tidak tahu. Dan ketidaktahuan saya itu masih berlangsung hingga kini. Tetapi untungnya, sukacita natal yang damai sejahtera juga masih saya rasakan nikmatnya hingga kini. Mungkinkah ini semacam berkah? Bahwa Tuhan memberkati saya dengan sukacita, dan sukacita saya itu menulari anak-anak dan istri saya. Entahlah, mungkin pikiran saya terlalu dangkal dan naif untuk dapat mengerti segala sesuatu yang saya alami.
Jadi, apapun bagaimanapun mengapapun, saya bersyukur mengalaminya. Puji Tuhan, alleluya.
Selanjutnya saya berdoa agar Tuhan juga berkenan melimpahkan berkatnya secara khusus kepada anda, agar anda dengan mudah dapat memiliki sukacita natal yang damai sejahtera itu.