Ada pelajaran tata cara mengikuti
perjamuan makan resmi dengan protokoler komplit. Istilahnya Table Manners. Rupanya
makanan istimewa, harus dihidangkan dengan cara istimewa dan dinikmati dengan
cara-cara istimewa juga. Padahal sesungguhnya makan adalah tindakan sederhana.
Sebagian dari kita pernah belajar
mengemudi. Bahkan mungkin juga sudah ahli mengemudi, malah jadi pembalap entah
jalanan, dadakan ataupun professional. Pada saat ditanya bagaimana cara
mengemudi, kita bisa menjabarkannya dengan mengurai tahapannya. Tetapi
ujung-ujungnya sederhana kok. Good
drivers just drive.
Begitu juga dengan Kitab Suci. Ada
banyak cara untuk menikmatinya. Apa yang sama-sama kita coba lakukan melalui
kegiatan Pendalaman Kitab Suci selama sebulan ini, juga hendak melatih kita
menikmati isi Kitab Suci secara sistematis dan terarah. Dan cara ini adalah
cara yang cermat. Bagi sebagian besar umat, mungkin cara ini adalah cara
membaca Kitab Suci yang lebih tepat. Tetapi agaknya tidak sedikit yang merasa
ribet. Saya hendak berbagi rasa dengan yang sedikit itu.
Membaca Kitab Suci sebenarnya adalah
kegiatan yang sangat-sangat sederhana. Iya, benar kok. Masa sih pada saat
membaca tidak ada proses pencerapan, proses mengerti, dan lain sebagainya.
Jadi, ujung-ujungnya mungkin ya sama saja. Good
readers just read.
Membaca Kitab Suci memang tidaklah
istimewa. Tetapi terbiasa membaca Kitab Suci, memetik buahnya, mencermati
pesannya, menjadikannya sebagai dasar pola pikir-tutur-laku, tentunya sangat
istimewa. Karena sekarang ini jarang sekali yang sampai pada “tingkat’ itu,
maka pastinya luar biasa.
Mari kita melakukan hal yang biasa
untuk menjadi istimewa. Caranya?
Ya, baca Kitab Suci.