Jumat, 26 Agustus 2011

MASA BODO SAJALAH

Minggu 11 September 2011
Mat 18: 21-35


Siapa ingin pandai?” tanya seorang guru.
Sayaaaaaa... .” jawab semua murid serempak.
Siapa ingin pandai berhitung?” tanya guru itu lagi.
Sayaaaaaa... .” jawab semua murid serempak lagi.

Memang begitulah adanya. Semua orang ingin pandai. Termasuk juga pandai berhitung. Hampir semua memang pandai berhitung, apalagi kalau yang dihitung adalah uang, piutang dan hak. Tetapi sebaliknya, entah bagaimana mendadak sangat bodoh kalau yang dihitung adalah utang, kewajiban. Karena banyak yang seperti ini, lalu menjadi lumrah.
Tidak salah! Sejak jaman dulu juga memang begitu itu. Bahkan sebelum Yesus lahir di kandang domba, Bethlehem. Maka tepatlah pengajaran Yesus dalam bacaan Injil hari ini.

Perikop ini diawali pelajaran pengampunan. Agak lucu juga ceritanya. Sempat-sempatnya orang menghitung 7 kali mengampuni. Yesus berpesan agar ia mengampuni hingga 70 kali 7 kali. Biar pusing menghitungnya! Tapi apa ya masih sempat menghitung ya? Cape deh... . Cerita ini sangat aktual. Nyatanya, kebanyakan orang tidak sampai menghitung sampai 7 kali. Cuma 1 sampai 2 kali saja. Jadi kalau bisa sampai 7 kali, pasti sudah hebat. Nah, udah gitu...Yesus minta jauh lebih sering lagi. Pendek kata, setiap kali setiap saat setiap hari. Bukan main!

Kita semakin jengkel membaca (bagi sebagian orang pada misa Minggu: mendengar) cerita hamba yang tidak tahu diri karena tetap menagih piutangnya meskipun semua hutangnya telah dihapuskan. Terlalu! Urusan hutang dan hak memang seringkali membutakan hati dan meniadakan tali kasih.
Banyak yang mengandalkan tali kasih dan ketulusan hati untuk mendapatkan pengampunan: agar hutangnya dihapuskan, agar kewajibannya dinihilkan. Tipe orang seperti ini tidak segan mencaci dan mengutuk apabila keinginannya tidak terpenuhi. Ia akan langsung ngrumpi kesana kemari tentang tuan yang kejam dan tak berperasaan. Namun ia seolah tidak bersyukur dan berterima kasih bila keinginannya dipenuhi. Tak sepenggal kalimatpun diberitakannya bila hutangnya dilunasi. Benar-benar seperti hamba itu juga, bukan? Hmm....dasar! (Upss...jangan-jangan kita termasuk tipe ini juga?)
Sayangnya, dunia masih penuh hamba dan kurang tuan.

Pelajaran minggu ini kiranya adalah berhitung. Kita terlalu sering memperhitungkan kesalahan orang dan kurang mengampuni, padahal selalu minta diampuni. Kita acap mengikat hutang dan kurang mengikhlaskan, padahal selalu minta dihapuskan. Sama sekali berlawanan. Tetapi itulah kita, saya dan sebagian anda.
Padahal berapa kali sehari kita berdoa Bapa Kami? Apa perlu doa itu dimodifikasi sedikit: ....dan ampunilah kesalahan kami, meskipun kami jarang mengampuni...? Nimbole bagitu dang, ni doa yang Tuhan Yesus so ajarkan pa torang akang ne (dialek Manado = jangan gitu dong, ini kan doa yang diajarkan Tuhan Yesus sendiri).
Kalau begitu janganlah kita pandai menghitung dosa orang, apalagi bergunjing. Lebih baik masa bodo sajalah. Itu 'kan urusan Tuhan. So lebe bae badoa jo, biar Tuhan kase berkat voor torang samua (=lebih baik berdoa, supaya Tuhan memberkati kita semua).  
Amin.

Jumat, 19 Agustus 2011

BICARA CARA

4 September 2011 
Mat 18: 15-20

Lumrah bahwa atas setiap kesalahan seyogyanya ada teguran. Entah di sekolah, di rumah, di kantor, di pasar dan di jalanan. Baik oleh guru, orang tua, atasan, pengawas, polisi, siapapun. Dan kalau anda ditegur oleh anak-anak dan bawahan lalu marah dan tersinggung, janganlah minder. Banyak sekali yang demikian. [Tapi maaf ya, saya tidak termasuk...saya suka hati ditegur anak dan bawahan, karena itu tandanya mereka pintar dan tegas. Kadang-kadang malah saya sengaja bersalah untuk memancing teguran mereka. Membanggakan sekali, menyaksikan anak tumbuh dan bawahan berkembang.]

Melalui Bacaan Injil hari ini, Yesus juga bicara cara menegur sesama. Pertama, ditegur sendirian. Tidak mempan? OK. Kedua kali, bersama-sama. Masih tidak mempan juga? Baiklah, change strategy. Berikutnya, bersama jemaat. Masih bebal juga dia? Ya sudah!
Lho....ya sudah bagaimana? Ya, Yesus tidak menjelaskan lalu bagaimana. Tapi kira-kira maksud-Nya seperti yang dipesankan bapa ibu saya: yo wis....didonga'no ae. Pastinya bukan dimusuhi, apalagi dianiaya. Sebab bagi Yesus, orang tidak mengenal Allah dan pendosa juga bisa bertobat suatu saat kelak. Berapa banyak dari kita dan leluhur kita yang dulu tidak mengenal Allah? Berapa banyak yang kemudian mengalami seperti Zakheus? Sesungguhnya keselamatan Ilahi itu bekerja penuh misteri.

Di Jakarta dan sekitarnya banyak sekali bencana, entah kebakaran entah kebanjiran. Bila kita datang membawakan sembako mereka tentu senang. Tetapi mereka jauh lebih senang menerima nasi bungkus dan air minum pada hari-hari pertama musibah itu. Hal yang baik ini akan diterima dengan rasa sukur yang dalam. Dan semua hal yang sangat baik itu akan rusak bila diberikan dengan cara melemparkannya. Cara yang aneh, salah pula!
Tidak perlu panjang lebar membahas cara berbuat baik, termasuk cara menegur. Setiap dari kita pasti punya pengalaman tentang hal ini. Dan aneka pengalaman itu akan mengajarkan sesuatu. Pertanyaannya kemudian: benarkah sudah punya banyak pengalaman berbuat baik? Seringkah menegur?

O, tidak bisa...saya juga bukan orang yang saleh dan benar. Apa kata dunia kalau saya berani menegur.”
Baiklah, ada 2 pilihan atas sikap itu. Satu, memperbaiki diri dan mempertahankan reputasi, track record atau apapun...yang baik. Ini penting supaya hidup tak bercacat dan menjadi teladan. Dua, biarpun tidak hidup dalam kebenaran sejati tetapi tetap terbuka pada teguran...dan tetap berani menegur. Ibarat si pincang menuntun si buta.
Apakah anda pernah menjumpai orang-orang buta berjalan beriringan? Bila suatu saat melihat itu, saran saya: berdoalah dan bersyukurlah dalam hati. Karena itulah salah satu pelajaran Tuhan akan kasih sejati. Seseorang tidak harus melek baru bisa menuntun. Dalam kekurangan kelemahan dan dosa pun, kita bisa saling menegur, saling mengoreksi, saling memimpin, saling menguatkan, saling mengasihi.

Untuk suatu dunia yang lebih baik, tidak lain harus bersama-sama memperbaiki diri. Itulah correctio fraterna. Kalau iman akan kuasa Tuhan ada, pengharapan akan hidup dalam kuasa kasih Tuhan ada, semangat kasih persaudaraan juga sudah ada, maka tinggal cara berbagi kasih. Kalau belum tahu bagaimana, maka saatnya bicara cara. Kalau sudah, saatnya minum teh dulu...hahahaha.