Jumat, 19 Agustus 2011

BICARA CARA

4 September 2011 
Mat 18: 15-20

Lumrah bahwa atas setiap kesalahan seyogyanya ada teguran. Entah di sekolah, di rumah, di kantor, di pasar dan di jalanan. Baik oleh guru, orang tua, atasan, pengawas, polisi, siapapun. Dan kalau anda ditegur oleh anak-anak dan bawahan lalu marah dan tersinggung, janganlah minder. Banyak sekali yang demikian. [Tapi maaf ya, saya tidak termasuk...saya suka hati ditegur anak dan bawahan, karena itu tandanya mereka pintar dan tegas. Kadang-kadang malah saya sengaja bersalah untuk memancing teguran mereka. Membanggakan sekali, menyaksikan anak tumbuh dan bawahan berkembang.]

Melalui Bacaan Injil hari ini, Yesus juga bicara cara menegur sesama. Pertama, ditegur sendirian. Tidak mempan? OK. Kedua kali, bersama-sama. Masih tidak mempan juga? Baiklah, change strategy. Berikutnya, bersama jemaat. Masih bebal juga dia? Ya sudah!
Lho....ya sudah bagaimana? Ya, Yesus tidak menjelaskan lalu bagaimana. Tapi kira-kira maksud-Nya seperti yang dipesankan bapa ibu saya: yo wis....didonga'no ae. Pastinya bukan dimusuhi, apalagi dianiaya. Sebab bagi Yesus, orang tidak mengenal Allah dan pendosa juga bisa bertobat suatu saat kelak. Berapa banyak dari kita dan leluhur kita yang dulu tidak mengenal Allah? Berapa banyak yang kemudian mengalami seperti Zakheus? Sesungguhnya keselamatan Ilahi itu bekerja penuh misteri.

Di Jakarta dan sekitarnya banyak sekali bencana, entah kebakaran entah kebanjiran. Bila kita datang membawakan sembako mereka tentu senang. Tetapi mereka jauh lebih senang menerima nasi bungkus dan air minum pada hari-hari pertama musibah itu. Hal yang baik ini akan diterima dengan rasa sukur yang dalam. Dan semua hal yang sangat baik itu akan rusak bila diberikan dengan cara melemparkannya. Cara yang aneh, salah pula!
Tidak perlu panjang lebar membahas cara berbuat baik, termasuk cara menegur. Setiap dari kita pasti punya pengalaman tentang hal ini. Dan aneka pengalaman itu akan mengajarkan sesuatu. Pertanyaannya kemudian: benarkah sudah punya banyak pengalaman berbuat baik? Seringkah menegur?

O, tidak bisa...saya juga bukan orang yang saleh dan benar. Apa kata dunia kalau saya berani menegur.”
Baiklah, ada 2 pilihan atas sikap itu. Satu, memperbaiki diri dan mempertahankan reputasi, track record atau apapun...yang baik. Ini penting supaya hidup tak bercacat dan menjadi teladan. Dua, biarpun tidak hidup dalam kebenaran sejati tetapi tetap terbuka pada teguran...dan tetap berani menegur. Ibarat si pincang menuntun si buta.
Apakah anda pernah menjumpai orang-orang buta berjalan beriringan? Bila suatu saat melihat itu, saran saya: berdoalah dan bersyukurlah dalam hati. Karena itulah salah satu pelajaran Tuhan akan kasih sejati. Seseorang tidak harus melek baru bisa menuntun. Dalam kekurangan kelemahan dan dosa pun, kita bisa saling menegur, saling mengoreksi, saling memimpin, saling menguatkan, saling mengasihi.

Untuk suatu dunia yang lebih baik, tidak lain harus bersama-sama memperbaiki diri. Itulah correctio fraterna. Kalau iman akan kuasa Tuhan ada, pengharapan akan hidup dalam kuasa kasih Tuhan ada, semangat kasih persaudaraan juga sudah ada, maka tinggal cara berbagi kasih. Kalau belum tahu bagaimana, maka saatnya bicara cara. Kalau sudah, saatnya minum teh dulu...hahahaha.

Tidak ada komentar: