Orang yang sedang
bercinta pun sering menginginkan tanda bahwa yang dicintai juga
mencintainya. Misalnya, mereka menantikan senyuman, lirikan mata, keinginan mau
duduk bersama, membalas suratnya dengan amplop orange atau dengan gambar
jantung hati.
Dalam kehidupan beriman
dengan Tuhan, ternyata orang juga tidak dapat lepas dari tanda-tanda itu. Orang
Israel diberi tanda akan kehadiran dan pernyataan Yahwe dengan dua loh batu
yang membuat sepuluh perintah Allah. Itulah tanda kehadiran Alllah dan umat
merasa aman tentram dan damai.
Maka juga tidak mustahil
waktu Yesus berkarya dan mengusir orang-orang yang berjualan di kenisah,
orang-orang minta tanda kepada-Nya. Mereka minta bukti bahwa Yesus memang yang
diutus Allah, sehingga punya hak untuk mengusir mereka. Yang menarik adalah
bahwa Yesus tidak menunjukkan tanda-tanda seperti yang mereka minta. Yesus
tidak menunjukkan KTP. Ia tidak punya surat kuasa dari Bapa-Nya yang dapat
ditunjukkan kepada mereka. Tanda yang diberikan Yesus adalah diri-Nya sendiri,
“Rombaklah Bait Allah ini dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.”
Itulah tanda yang
diberikan Yesus bahwa Diri-Nya sendiri akan dibunuh dan akan bangkit dalam tiga
hari. Sayang, bahwa orang-orang Yahudi tidak menangkap tanda itu. Mereka tetap
berpikir akan kenisah dan tidak mengerti yang dimaksudkan Yesus.
“Kami memberitakan Kristus yang tersalib,
suatu sandungan bagi orang Yahudi dan kebodohan bagi orang bukan Yahudi. Tetapi
bagi mereka yang dipanggil, baik Yahudi maupun bukan Yahudi, Kristus adalah
kekuatan dan hikmah Allah ” ( 1 Kor 1: 23 – 24).
Pada suatu kesempatan berkunjung, seorang imam sempat dibuat kaget dengan salib di ruang tamu. Tangan kanan Corpus
Yesus pada kayu salib itu patah. Kemudian beliau bertanya, “Saudara mengapa
memasang salib yang sudah rusak?” Jawabannya mengejutkan,
“Salib ini memiliki sejarah yang panjang. Ketika anak kami masih kecil-kecil,
mereka bermain-main dan tidak sengaja salib ini jatuh, sehingga tangan kanannya
patah. Istri saya memiliki ide, supaya salib ini sebagai ‘tanda’
agar keluarga kami rela menjadi tangan kanan Yesus. Setiap doa malam
keluarga, anak-anak selalu diingatkan berani menjadi tangan kanan Yesus. Kini
anak-anak sudah dewasa dan terpencar di mana-mana (Timika, Ternate, Jakarta dan
Makasar). Mereka aktif sebagai anggota Gereja. Ada yang menjadi katekis dengan
sukarela, ada juga yang menjadi prodiakon. Saya bersyukur
kepada Tuhan atas semuanya itu.”
Setiap kita memiliki
pengalaman masing-masing akan “tanda” seperti itu. Mari kita mohon pada Tuhan
supaya memiliki hati yang peka dan nalar yang cermat supaya bisa membaca
tanda-tanda itu. Siapa tahu, itulah tanda petujuk arah agar tidak tersesat
dalam perjalanan hidup.