Sabtu, 30 April 2011

PAKU SALIB

Suatu waktu saya merenungi kisah sengsara Tuhan yang dilantunkan pada ibadah Jumat Agung,di gereja paroki Karombasan Manado. Saya terpekur menatap salib Tuhan. Ada satu bagian kecil yang menarik perhatian saya: paku salib. Lalu saya memejamkan mata.

Paku itu begitu besar dan kokoh. Entah bagaimana bentuk persisnya, tetapi paku sebesar itu pastilah menyebabkan luka dan sakit luar biasa. Saya membayangkan paku itu dipukul kuat-kuat, lalu melesak menembus kulit dan daging, menyeruap di antara otot kaki dan tangan. Tanpa mengacuhkan rasa sakit dan ( tentu saja ) jerit kesakitan, paku itu terus dipukul hingga ujungnya menancap kuat di kayu salib. Belum hilang rasa sakit itu, kayu salib diangkat ditegakkan hingga Tuhan bergantung ( sebenarnya: melekat ) pada kayu salib. Paku itulah yang melekatkan Tuhan pada kayu, suatu perekat yang sangat mengerikan dan menyakitkan.

Paku itu mungkin dibuat pada suatu waktu untuk suatu tujuan. Paku itu tidak pernah berkehendak suatu saat akan melukai Tuhan. Ia tidak punya kehendak, tetapi ia dipaksa demikian dan terjadilah demikian. Seluruh dunia mengutuki si paku sialan itu. Tetapi nyatanya paku telah melaksanakan tugas dengan sangat baik, ia tetap kokoh dan kuat menembus dan melekatkan apa saja. Begitulah.

Paku itu adalah kesaksian. Pada suatu waktu ia telah melukai Tuhan dengan cara yang keji. Tetapi luka Tuhan akibat paku itu menjadi saksi, betapa hebat dan dahsyat penderitaan Tuhan sekaligus betapa mulia dan agung pencitraan Tuhan. Paku itu mengubah kisah hidupnya. Semula rendah tak berarti, kemudian menjadi kejam dan lalu menjadi terpuji. Ada semacam peningkatan.

Hidup juga bisa demikian. Seseorang bisa terpaksa berdosa tanpa ia kehendaki, mungkin karena terpaksa atau karena suatu situasi yang sangat khusus. Bedanya dengan suatu paku adalah bahwa setiap orang, saya dan anda sekalian, punya kehendak bebas. Setiap orang punya pilihan.

Hidup tidak akan runtuh dan luluh lantak hanya karena dosa. Tidak demikian! Tetapi sebaliknya! Hidup bisa mulia dan jaya karena telah berdosa.

Seperti halnya paku itu, yang menjadi saksi betapa mulia derita Tuhan. Kita juga dapat menjadi saksi betapa agung kerahiman Tuhan. Maka semua dosa dan derita kita tidak boleh membenamkan hidup kita. Namun sebaliknya, dosa telah mendekatkan kita pada Tuhan oleh karena kita memilih bertobat dan memohon pengampunannya.

Mari ikut bangkit dan jaya bersama Tuhan. 
Selamat Paskah!

Tidak ada komentar: