Rabu, 29 September 2010

BERBAGI APA (SAJA)?

Pekan Biasa XXV
19 September 2010

Berbagi atau sharring adalah sosialita. Tidak hanya di dunia kita, tetapi juga di dunia hewan. Yang dibagikan bisa apa saja. Bisa benda, bisa rasa. Soal benda, kita bisa curang. Soal rasa, lidah tentu bisa bohong. Berbagi rasa atau curhat adalah salah satu kata yang sering diucapkan remaja putri. Sedangkan berbagi benda adalah salah satu kegiatan yang sering dilakukan remaja putra.

Menarik menyimak bahwa bacaan pertama pekan ini dari kitab perjanjian lama (Am 8:4-7) juga membahas kecurangan. Dan ternyata bacaan injil pekan ini (Luk 16:1-13) juga membahas masalah ini. Meskipun bahasannya sama, tetapi pendekatannya berbeda. Setidaknya ada 2 trend, lama dan baru. Trend lama menganggap bahwa curang itu ya curang. Cheat is cheating. Saklek. Nalar tidak perlu merancau jauh-jauh. Logika berpikir yang hanya hitam atau putih. Tidak ada warna antara. Tidak ada abu-abu, putih kehitaman, hitam keputihan, agak hitam atau nyaris putih.

Tapi trend itu sudah berubah. Saya mencerap adanya nalar baru. Karena bagi Yesus, curang ya tetap curang, akan tetapi.... (pelawak Alm Asmuni bilang, "lha ini penting sekali") kalau curang jangan sendirian. (Bdk Luk 16:8-9) Logika yang sama dipakai oleh Ivanhoe atau Robinhood. Yang baru adalah bahwa tindakan yang keliru bisa benar atau dibenarkan. Kesimpulan ini harus dimengerti dengan sangat hati-hati. Istilah tivinya, perlu bimbingan orang tua. Kalau kurang yakin, lebih baik ditayangkan terbatas/restricted.

Perlu hati-hati karena bisa berbahaya. Bahayanya apa? Bahaya karena kesimpulan itu dapat dipakai sebagai alasan pembenaran semua tindakan sosial yang mengarah pada tindakan asosial. Sosial yang asosial itu apa? Itulah KKN! Musuh besar KPK dan isu besar Republik ini adalah wujud nyata tindakan sosial (oleh lingkup lebih kecil) yang sangat merugikan masyarakat (lingkup luas). Yang diuntungkan dengan KKN tentu oknum dan ceesnya: keluarganya, teman-temannya, kerabatnya, sahabatnya, orang-orangnya, bawahan atasannya. Yang dirugikan pastilah tak terbilang, baik jumlah orangnya maupun materinya. Yang tidak kebagian tetapi ingin dibagi juga termasuk perlu merasa rugi.

Tapi Robinhood dibenarkan. Kata siapa? Pencuri itu selalu dikejar-kejar satpol hutan Sherwood. Kisah Robinhood menjadi legenda dan pelajaran. Pencurian dan perampokannya tetap salah (berapa korban luka atau meninggal akibat kekerasannya?). Tetapi ia menjadi favorit karena sikapnya yang flamboyan dan dermawan. Sifat yang terakhir ini sangat disukai Tuhan Yesus. Tuhan banyak bercerita tentang kedermawanan. Janda miskin yang dermawan. Orang samaria yang baik hati. Tuhan bahkan menegaskan “apabila engkau tidak melakukan sesuatu bagi saudaramu yang paling hina itu, engkau tidak melakukannya untuk-Ku.”

Memang ada standar ganda. Tuhan tidak melihat tindakan melainkan hati pelaku. Sedangkan hakim menilai perbuatannya.

Kalau curang bersama-sama dan hasilnya dibagi sama-sama, bagaimana? Ya itu tetap saja KKN, hanya anggotanya yang diperluas dan bagian masing-masing diperkecil. Berbuat salah ya keliru, tapi kalau bersalah beramai-ramai itu ya bukannya jadi benar tapi ya tetap salah.

Semakin pusing? Jangan, kita harus semakin cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang. (Bdk Luk 16:8). Jelas tidak bedanya, anak terang dan anak dunia, ya? Nah, kalau yang dimaksud anak terang dunia?

Ahhh ... semakin pusing. Lebih baik jadi anak Tuhan saja.

Tidak ada komentar: