Selasa, 28 Agustus 2012

KITAB SUCIKU KOK (belum) LUSUH


Pada suatu waktu, kami berkunjung ke rumah kerabat. Tanpa sengaja saya menemukan kitab suci istimewa di rak ruang tamu. Dijilid dengan sampul kulit asli berwarna cokelat yang tebal namun lembut. Tepinya diberi lapisan logam keemasan. Saya tunjukkan pada anak-anak betapa indahnya kitab suci itu. Salah seorang berkata, “Boleh nggak Kakak baca?” Saya lalu menoleh kepada sang pemilik, ia hanya tersenyum. Sambil mengelus kepalanya saya berbisik, “Kakak kan sudah punya kitab suci sendiri. Sama saja kok isinya. Cuma bahasanya berbeda.”
Kitab suci memang buku legendaris. Buku mana didunia yang ditulis dan disusun orang-orang berbeda, dengan alur sama, dalam kurun waktu ratusan tahun. Kitab injil juga sangat istimewa, disusun oleh orang-orang, di lain tempat, lain waktu, tetapi hasilnya nyambung banget. Tampilannya bisa juga mewah dan mahal.
Dimasa sekolah, saya gemar membaca buku cerita. Lima Sekawan, kisah petualangan Karl May, komik Tintin dan Asterix. Semua ceritanya membuat saya tertarik. Tetapi yang paling mengagumkan sampai saat ini adalah kitab suci, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Mau dinikmati sebagai buku cerita, buku sejarah, buku puisi, buku inspiratif? Bisa semua. Yang lebih hebat lagi, buku ini ditulis ribuan tahun lalu, jauh sebelum candi di Nusantara ini sempat dipikirkan.
Ada seorang kawan kantor bercerita bahwa kitab sucinya diminta oleh seorang pejabat Bank Pemerintah yang kini telah pensiun dan menjadi pewarta sabda. Itu karena kitab sucinya penuh dengan coretan dan warna-warni stabilo. Memang lusuh tetapi bermakna. Kebetulan sekali sekarang anak pejabat bank itu menjadi rekan sekerja saya. Dan ia mengaku bahwa ternyata kitab suci itu masih beliau pergunakan. Hebat bukan? Oh..ya, mereka ini adalah saudara-saudari kita yang Kristen.
Tentu ada banyak cara menelusuri kitab suci. Dari cara yang ruwet, dengan mempelajari teks asli dan membandingkannya satu sama lain. Hingga membaca edisinya dalam bahasa sehari-hari yang lebih mengalir. Sebagian besar dari kita adalah pembaca sejati, artinya memang gemar membaca. Nah, mari kita mulai dengan hal yang sangat sederhana. Hanya membaca dan menikmati isinya. Entah sebagai buku cerita sejarah atau kisah sastra. Sederhana sekali.
Disana-sini tentu ada bagian yang kurang kita mengerti atau bahkan tidak kita mengerti sama sekali. Biar saja. Kita lanjutkan dengan bagian lain. Tidak mengerti juga? Biarkan saja. Balik halaman-halaman berikut sampai menemukan bagian yang asyik. Sama halnya dengan membaca koran, bukan? Tidak semua isi berita Koran dapat kita mengerti. Tetapi akankah kita berhenti membaca Koran? Tidak bukan? Justru dengan terus-menerus membaca Koran lama-kelamaan kita menjadi lebih tahu dan semakin paham. Demikian juga dengan kitab suci.
Meskipun baik, tetapi tidaklah penting bagi sebagian besar menjadi ahli kitab. Salah-salah malah hanya pandai memahami isi kitab, bukannya lihai menerapkan dalam hidup sehari-hari. Pokoknya yang penting, teruskan hanya membaca saja. Selebihnya biarlah Roh Tuhan yang bekerja.
Nanti barulah kita sadar, bahwa yang kita baca itu ternyata kitab yang luar biasa. Jangan kaget bila suatu saat nanti anda mendapati kitab suci itu menjadi lusuh, penuh coretan dan warna-warni stabilo. Dan…akhirnya diminta orang.
Kira-kira, kasiin ndak ya?

Tidak ada komentar: