Jumat, 16 September 2011

PEMBERKATAN ANAK² SETELAH KOMUNI

Dalam salah satu milis yang saya ikuti, ditulis tentang pemberkatan anak2 setelah komuni.
Dan beginilah pendapat saya:

Mohon maaf, di satu sisi mungkin ada kewajiban untuk menjaga TPE sebagai ritus. Tapi lebih penting lagi menjaga semangat doa non ritual: bagaimana memberi vitamin pada hati yang terberkati agar bisa menjadi berkat bagi lebih banyak jiwa. Kalau terus menerus mengurusi hal2 begini, hidup beriman kita ibarat siklus: kembali jadi jaman yahudi dan menjadi farisi yang terjebak di abad modern.

Tantangan kita jauh lebih besar dari sekedar  Tata Perayaan Ekaristi/TPE. Maka, pentingkah TPE? Penting. Tapi jauh lebih penting membangun tangan2 Kristus yang siap berkarya. Dalam pengertian itu, Sakramen Ekaristi ibaratnya oase, tempat berkumpulnya semua domba Kristus memuaskan haus dahaganya akan persatuan dengan Tuhan. Dan untuk itulah kita datang berbondong2 merayakannya. Setelah itu...kita berkarya: melaksanakan tugas yang jauh lebih penting: tugas perutusan.

Kembali ke konteks: anak2 adalah generasi sekarang dari dunia kita. Salah satu kesulitan orang tua katolik ketika memperkenalkan ekaristi (a.l.) harus bertarung dengan hebatnya daya tarik game portabel psp, ipod, ipad, iphone, bb. Nah, salah satu acara yang menarik perhatian mereka ketika ikut misa bersama orangtuanya adalah: ikut sekolah minggu (itu juga kalau ada kelas katekese atau bina iman yang seru [...ya dong harus seru, kalau ndak seru ya ndak asyik ndak menarik...] dan yang pararel waktunya dengan misa minggu) dan kemudian berbaris ke depan, saling dorong, senyum-senyum, tengak tengok, curi-curi pandang...melirik ke orang tuanya (sambil berharap orang tua menyaksikan mereka dan memberi senyum) dan .... menerima berkat dari pastor (yang diartikan oleh orangtunya sebagai berkat dari Tuhan!).

Menjadi alter Cristhi di jaman ini sangat tidak mudah. Pasti sama tidak mudahnya dengan Yesus dahulu ketika menjadi Allah yang membebaskan yang mengasihi. Gaya Yesus sebagai Kristus sangatlah tidak populer di jamanNya. Yesus baru populer "kemudian" setelah Ia sengsara wafat dan bangkit.

Tapi wajar ada imam dan anggota dewan yang berpikiran seperti itu. Apalagi kalau mereka sudah ikut seminar atau pelatihan tentang Tata Perayaan Ekaristi. Wuaduh, seolah semua materi TPE itulah kebenaran sejati. 

Maka baiklah bila kita berandai-andai: seandainya Tuhan sendiri hadir dalam perayaan Ekaristi itu...tidakkah Tuhan akan melakukan hal yang persis sama seperti yang dulu pernah dilakukannya dua ribu tahun lalu?

Menjadi pastor juga soal pilihan. Menjadi anggota dewan pun demikian. Menjalankan TPE (nyatanya) juga pilihan (bukan?).

Mari kembali pada kabar baik yang membebaskan dan meneguhkan dalam setiap langkah. Hukum dibuat untuk membebaskan dan bukan mengekang. Begitu pengertian saya tentang kanonik. Dan saya percaya pasti demikian dengan TPE.

Mari kita cermati Matius 19:13-15
"13  Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka dan mendoakan mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu.
 14  Tetapi Yesus berkata: "Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga."
 15  Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka dan kemudian Ia berangkat dari situ."

Kalau bukan seperti itu yang kita lakukan, lalu mau ikut teladan siapa?
Mungkin saya dituduh tidak mau tunduk pada Konsili Vatikan II dan tidak taat pada TPE. Ahhh...saya sih tunduk dan taat pada Tuhan saja.

Wassalve.

Tidak ada komentar: